Jumat, 12 September 2014

Sifat – Sifat tidak Wajar yang akan Membuat Anda Jauh Lebih Sukses

Translated from: Shane Snow “The Counterintuitive Trait That Will Make You Significantly More Successful” Available from: http://shanesnow.com


Salah satu hal yang membuat saya merasa paling kesal adalah ketika ada seorang pesimis yang mengatakan, “Saya bukan pesimis, saya realis.”

Sejujurnya, sebagian besar dari kita menganggap diri kita adalah “realis”. Kita melihat dunia sebagaimana kelihatannya. Tetapi cara kita bersikap itulah yang menunjukkan cara pandang kita. Seorang “realis” yang mengeluh tentang bagaimana suatu negara akan menjadi lebih buruk dibawah kepemimpinan Presiden X adalah seorang pesimis. Seorang “realis” yang berpikiran bahwa dia akan memenangkan undian berikutnya setelah menang 3 kali berturut-turut adalah seorang optimis.

  • Optimisme: harapan dan kepercayaan mengenai masa depan atau keberhasilan atas sesuatu
  • Pesimisme: kecenderungan untuk melihat sisi terburuk dari suatu hal atau keyakinan bahwa yang terburuk yang akan terjadi; tidak adanya harapan atau kepercayaan terhadap masa depan.

Pada umumnya, pesimisme dilihat sebagai sesuatu yang buruk. Pesimisme membuat kita tidak bisa mengejar mimpi kita. Namun demikian, investor yang cerdik mengandalkan pesimisme untuk membatasi resiko dan tidak kehilangan uang. Dan meskipun optimisme biasanya dipuji oleh masyarakan dan digembor-gemborkan oleh pengusaha sukses, Bernie Madoff dipenjara karena keyakinannnya akan kemampuannya untuk mengalahkan sistem keuangan.


Setelah mempelajari dan mewawancarai keberhasilan orang – orang yang luar biasa dan faktor – faktor yang bisa mempercepat kesuksesan (dan bahkan menulis buku tentang hal ini), saya menemukan sesuatu yang biasanya dikombinasikan dengan pesimisme sebenernya membuat perbedaan yang krusial antara orang yang sukses dengan orang yang luar biasa sukses. Sifat ini adalah sifat yang paling penting dalam rumus terobosan inovasi dan sering kali tidak dikenali.

Faktanya adalah, Optimisme vs Pesimisme – ukuran keyakinan seseorang di masa depan – adalah bukan satu – satunya tolak ukur untuk keberhasilan seseorang di masa depan. Dimensi ukuran yang kedua terhadap tolak ukur tersebut adalah mudah percaya. Kombinasi antara sifat mudah percaya dengan optimism akan menjadi hal yang sangat luar biasa.




Perbedaan antara optimisme dan mudah percaya, dan skeptis dan pesimisme, sangat tipis, tetapi hal tersebut sangat krusial. Mudah percaya biasanya dianggap sebagai tanda keyakinan yang bagus, suatu hal yang mulia dan skeptis dianggap sebagai suatu pemikiran yang suka menggerutu atau keras kepala. Menurut kamus, inilah definisinya:

  • Mudah percaya: memiliki atau menunjukkan kesiapan untuk mempercayai suatu hal
  • Skeptis: tidak mudah diyakinkan; sering ragu – ragu atau keberatan.

Jika dikombinasikan dengan dua ukuran tersebut, terlihat jelas bahwa beberapa ukuran keberhasilan dan kegagalan bisa ditemukan di setiap kategori:

Seorang penjudi yang kompulsif, adalah optimis dan mudah percaya, yakin bahwa dia bisa dan akan menang. Seringkali, pengusaha juga optimis dan mudah percaya.

Seseorang yang diskriminatif merupakan orang yang skeptis dan pesimis, yakin bahwa setiap orang memiliki niat buruk dan keadaan tidak akan pernah membaik. Namun demikian, tetap saja beberapa penimbun dan pertapa meninggalkan properti berharga kerabat mereka dalam surat wasiat mereka.

Seorang yang gila konspirasi mungkin adalah yang terburuk diantara semuanya: orang tersebut mudah percaya dan pesimis tentang masa depan. Namun demikian, website – website konspirasi menghasilkan uang dari iklan – iklan. (Belum lagi, beberapa investor menghasilkan uang atau menghindari kerugian dengan menggunakan attitude ini).

Meskipun orang – orang bisa mendapatkan kesuksesan dengan kombinasi sifat – sifat ini, kuadran yang paling tidak umum adalah kuadran dimana terobosan sukses ditemukan: optimis tetapi skeptis. Disinilah tempat – tempat innovator berada, innovator yang berani meragukan kondisi saat ini, dan melemparkan pertanyaan – pertanyaan yang bisa mengubah dunia. Mereka memerlukan kadar optimism yang cukup untuk percaya bahwa dunia bisa menjadi tempat yang lebih baik, dan hal tersebut akan mendorong mereka untuk mewujudkan hal – hal yang bisa merubah dunia:



*(Catatan: Saya tidak bermaksud untuk mengurangi beratnya depresi secara kesehatan, lihat Quadrant 3. Depresi disebabkan oleh, ketidakmampuan untuk melihat masa depan yang lebih baik. Anda skeptis mengenai nilai – nilai dasar kehidupan termasuk nilai hidup itu sendiri, dan itulah kesulitan yang paling besar.)


Seperti yang Anda bisa lihat, optimis yang mudah percaya bisa menjadi cukup sukses dan bisa melakukan banyak kebaikan. Tetapi ada hal khusus mengenai optimis yang skeptis.

Ketika seorang optimis yang mudah percaya mengandalkan angin untuk meniup layar (dan seringkali mendapatkan anginnya), seroang optimis yang skeptis akan bertanya, “Apakah kita membutuhkan layar?”


Setelah Anda mengenali sifat – sifat ini, mudah bukan untuk melihat kenapa pembawa perubahan terbesar di dunia masuk dalam kategori ini, dan kenapa optimis yang skeptis kurang dihargai. Steve Jobs adalah salah satu optimis terbesar di dunia, dan itulah kenapa semua orang mengingatnya. Tetapi dia juga sangat demanding dan skeptis. Dia selalu tidak puas, selalu mencoba meminta lebih dari apa yang ditunjukkan kepadanya atau yang biasa dilakukan. Dia selalu mengatakan, “Itu tidak cukup bagus.”

Steve Jobs tidak mudah diyakinkan. Tetapi dia yakin ada masa depan yang luar biasa dan kombinasi tersebut telah membantu dia membuka masa depan tersebut.

Harriet Tubman, salah seorang karakter historis favorit saya, adalah seorang yang optimis bahkan ketika dia dihadapkan dengan banyak sekali hambatan. Dia dilahirkan sebagai seorang budak, hidup dalam kesulitan, mengalami kecelakaan otak yang menyebabkan dia kejang, suaminya menikah lagi dengan wanita lain dan menolak untuk pergi ke utara bersamanya. Tetapi, setelah dia berhasil melarikan diri dari orang yang menangkapnya, Tubman kembali ke area perbudakan tersebut untuk menyelamatkan orang lain. Dia jelas – jelas memiliki keyakinan akan masa depan yang lebih baik untuknya dan untuk orang – orang tersebut, dan itulah kenapa orang – orang mengingatnya.

Tetapi Tubman tidak mudah percaya. Dia sangat hati – hati, membawa pistol dengannya (dan sesekali menggunakannya). Dia sangat waspada terhadap lingkungan sekitar dan kesetiaan dan niatan orang – orang disekitarnya, sampai dengan terbukti, dan hal tersebut telah membantunya untuk menyelamatkan lusinan orang – orang dari perbudakan dan menginspirasi jutaan lainnya.

Optimis yang skeptis percaya bahwa keadaan bisa menjadi lebih baik, namun dengan membawa pertanyaan – pertanyaan mengenai pengetahun umum. Tentunya, orang gila juga tergolong dalam kategori ini. Tetapi seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, kegilaan adalah satu bahan baku orang genius.

Bagi kita semua yang yakin bahwa akan ada masa depan yang lebih baik, baik secara individu maupun secara professional, menumbuhkan pandangan skeptis bisa merubah cara kerja kita – menuju ke arah yang lebih baik. Untuk kalian yang kurang kepercayaan, mari kita arahkan keraguan tersebut menjadi solusi yang berguna dan ide yang besar.

Tidak penting apakah gelas tersebut setengah penuh atau setengah kosong jika ada berpikir anda bisa membuat gelas yang lebih baik.

Tidak ada komentar: